logika dan agama

LOGIKA DAN AGAMA
oleh: Nur malasari

 Logika dan agama sering diperdebatkan ada yang  beranggapan logika terlalu sempit untuk menilai  suatu agama, dipihak lain  beranggapan bagaimana mungkin agama diterima tanpa logika.

Ini sering terjadi bahkan seringkali didiskusikan berjam-jam lamanya untuk memperdebatkan suatu hal berkaitan tentang filsafat ketuhanan.

Permasalahan yang memang butuh penjelasan panjang dan cukup membingungkan, dan bahayanya bisa menyesatkan jika jawaban yang dicari tak terpuaskan dan keyakinan lemah akan kepercayaan terhadap Tuhan.

Bukan tak yakin tapi rasa ingin tahu masih jauh lebih besar dari pada jawaban yang telah dicerna.

Namun jika meninjau dari beberapa pendapat dan bisa kita nilai dari sisi logika dan sisi agama, bahwa kedua-duanya sangat diperlukan dan tidak boleh dipisahkan.

Agama butuh logika dan akal untuk mendeteksi atau menalar suatu kebenaran. namun perlu kita ketahui bahwa agama tidak sepenuhnya dapat dinalar menggunakan logika, terlebih lagi terkait wujud ketuhanan.

Tuhan adalah zat yang esa tak ada yang menyerupainya dan tak ada yang dapat mencapainya dan tak  bisa disamakan dengan sesuatu apapun itu, karena jika tuhan bisa dinalar menggunakan logika maka dimana keistimewaan dan kemuliannya, dimana zatnya sebagai tuhan ketika bisa dinalar.

Dia zat yang tak terbatas zat yang tak butuh perdebatan, cukup hanya dengan menguatkan keyakinan dalam hati nurani paling dalam akan keberadaanya melalui ciptaan-ciptaan-NYa.

Akal merupakan sesuatu yang terbatas dan hanya bisa menalar sesuatu dalam ruang dan waktu sedangkan tuhan tidak sama sekali dan sampai kapan pun tuhan tak bisa dicapai oleh akal. olehnya jangan sempitkan akal dan logika untuk menilai suatu agama.

karena agama punya keistimewaan yang tak terbatas dan tak bisa dinilai oleh akal.

Dalam hal ini  kesimpulan dari keduannya adalah agama tanpa logika bagai pohon tak berbuah logika tanpa agama bagai buah tanpa pohon keduanya tak boleh terpisahkan tapi keduanya masing-masing punya batas.

Dan sebaiknya menjadi seorang kritikus dalam hal kebaikan dan kebenaran bukan saling mencaci maki dan menjatuhkan.

dunia hanya persinggahan tempat dimana memenuhi perintah dan kewajiban dan  belajar untuk mempersiapkan diri akan tempat yang sesungguhnya.

"jangan jadikan akal hanya untuk membahas sesuatu yang membuat kita jauh dari-Nya, jangan jadikan akal hanya untuk membahas hal-hal yang sudah  jelas esensinya, tetapi jadikan akal sebaik-baiknya untuk kebaikan dan keyakinan pada-Nya
                                       SALAM FILSAFAT











Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

kesuksesan tergantung jaringan yang baik

Berdamai Atas Nama Perbedaan

dampak stigmatisasi terhadap toleransi